Monday, July 30, 2007

Serba-Serbi Cinta

aku cinta padanya, tapi dia tidak cinta padaku
kamu cinta padaku, tapi (maaf) aku tidak cinta padamu
dia cinta padamu, tapi cintakah kamu padanya ?

kurasa tidak….

kutersentak ….

Begitu rumit persoalan cinta
Hingga tibalah aku kepada-Nya

ku coba mencintai-Nya, Dia pun membalas cintaku
aku tahu kau pun mencoba mencintai-Nya
dan yang kutahu pula, Dia membalas cintamu

kemudian yang kudengar, dia mulai mencoba mencintai-Nya
sebagaimana yang kukira,
dia pun terbalas cinta-Nya

kudengar, kulihat dan kusaksikan
semua orang mencoba mendapat cinta-Nya
dan semua terbalas dengan sempurna
karena Dia adalah pemilik cinta yang sempurna

wahai Kau sang pemilik cinta sempurna
izinkan aku mencintaimu dengan cinta sebenar
dengan cinta yang telah Kau anugerahkan

aku ingin jatuh cinta……

Thursday, July 19, 2007

Epilog Kebuntuan

Kau batu atau membatu ?
Atau kau sekeras batu ?
Mengapa kau diam seperti batu ?
Atau hatimukah yang sudah membatu ?

Tapi…sekeras apapun batu..
ia punya batas kekuatannya...
ia bukan Tuhan yang tak terbatas kekuasaan-Nya
ia hanya batu…

Dan bahkan sebongkah besar batu…
Pun ia bisa diremukkan menjadi kepingan
Kesungguhan kita yang menjadi jawaban
Seraya tawakkal mengharap pertolongan…

Kan kupecah kebuntuan
Dan batu itu… niscaya kan menjadi serpihan…


(untuk kalian, yang selama ini….membatu)

Wednesday, July 18, 2007

Labsky sekarang...

Kebayoran, 19 July 2007

This is good news or bad news? Saya ga tau. Labsky sekarang menjadi lebih religius. Menurut bocoran info dari rekan-rekan guru yang sering berkunjung ke lab computer, tema Labsky untuk tahun ini adalah Religius (tepatnya saya ga tau). Dan proses KBM akan mengarah pada perbaikan akhlaqul karimah. Sebuah berita gembira kah? Bagi saya tentu. Mudah-mudahan ini akan ber imbas baik ke saya secara pribadi.

Awalnya saya agak pesimis. Karena kebijakan ini terkesan dipaksakan. Dan dikhawatirkan (khususnya) bagi para siswa akan merasa terkekang dan cenderung memberontak. Tapi ternyata kekhawatiran saya tidak semuanya benar. Dan terbukti, di awal kebijakan ini dijalankan, sudah banyak “memakan korban”. Terutama bagi para guru, yang mana mereka sebagai garda terdepan pengawal kebijakan ini.. Indikasinya mudah saja, lab computer yang sering menjadi tempat berkumpul sebagian guru untuk bermain OL game, menjadi semakin sepi. Biasanya mereka bermain tak kenal waktu. Bahkan cenderung sering mengabaikan waktu sholat. Tapi alhamdulillah, sekarang sudah semakin berubah. Sekarang para guru lebih suka berada di Masjid dan sholat berjama’ah (di awal waktu) bersama para siswa.

Lalu, bagaimana siswa nya? Memang belum terlalu terlihat. Karena intensitas proses KBM belum terlalu menggeliat. Tapi dari daftar sebagian anak yang saya black list (kebanyakan karena sikapnya), sudah semakin berkurang. 1 atau 2 anak masih tetap ada, tapi saya yakin dan saya harapkan, mereka lambat laun akan berubah.

Dalam kacamata saya, Labsky semakin dewasa. Dan mudah-mudahan kebaikan yang dicanangkan lewat sebuah program, bisa lebih terinternalisasi ke dalam diri para civitasnya, termasuk saya di dalamnya. Dan saya hanya mau katakan, saya bangga menjadi bagian dari sekolah ini. Semoga bermanfaat.

Monday, July 16, 2007

Kontemplasi (II)

Wasiat Imam Syafiíe

Sebelum Imam Shafiíe wafat, beliau sempat berpesan kepada muridnya serta ummat Islam umumnya. berikut adalah kandungan wasiat tersebut: ” Barangsiapa yg ingin meninggalkan dunia dalam keadaan selamat maka hendaklah ia mengamalkan 10 perkara:

* Hak kpd diri: mengurangkan tidur, mengurangkan makan, percakapan dan berhambur-hambur dgn rezeki yd ada.

* Hak kpd malaikat maut: mengqoadhlokan kewajiban2 yang tertinggal,mendapatkan kemaafan dr org yg dzalimi, membuat persediaan utk mati dan merasa cinta kpd ALLAH

* Hak kpd kubur: membuang tabiat suka menabur fitnah, tabiat kencing (buang air kecil) di mana-mana, memperbanyakkan sholat tahajjud dan membantu org yg dizalimi.

* Hak kpd Munkar dan Nakir : tidak berdusta, berkata benar, meninggalkan maksiat dan nasihat menasihati.

* Hak kpd mizan(neraca timbangan amalan pada hari kiamat): menahan kemarahan, banyak berdzikir, mengikhlaskan amalan dan sanggup menahan kesulitan.

* Hak kpd sirat(titian yg merintangi neraka pada hari kiamat): membuang tabiat suka mengumpat, wara', suka membantu orang beriman dan suka berjamaah.

* Hak kpd Malik(malaikat penjaga neraka): menangis lantaran takutkan ALLAH s.w.t, berbuat baik kpd ibu bapa, bersedekah ketika terang-terangan serta sembunyi dan memperelokkan akhlak.

* Hak kpd Ridwan(malaikat penjaga syurga): merasa redha kpd qadha’ ALLAH, bersabar menerima bala, bersyukur ke atas nikmat ALLAH dan bertaubat dr melakukan maksiat.

* Hak kpd Nabi MUhammadd SAW: berselawat ke atasnya, berpegang dgn syariat, bergantung kpd al sunnah (hadits), menyayangi para sahabat dan bersaing dlm mencari kelebihan dari ALLAH.

* Hak kpd ALLAH s.w.t: mengajak manusia ke arah kebaikan, mencegah dari kemungkaran, menyukai ketaatan dan membenci kemaksiatan.

Quote of The Day (II)

SAYIDINA ALI KARAMALLAHU WAJHAH :

1. Cukuplah bila aku merasa mulia karena Engkau sebagai Tuhan bagiku dan cukuplah bila aku bangga bahawa aku menjadi hamba bagiMu. Engkau bagiku sebagaimana yang aku cintai, maka berilah aku taufik
sebagaimana yang Engkau cintai.

2. Hendaklah kamu lebih memperhatikan tentang bagaimana amalan itu diterima daripada banyak beramal, kerana sesungguhnya terlalu sedikit amalan yang disertai takwa. Bagaimanakah amalan itu hendak diterima?

3. Janganlah seseorang hamba itu mengharap selain kepada Tuhannya dan janganlah dia takut selain kepada dosanya.

4. Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya.


UMAR BIN ÁBDUL AZIZ :

1. Orang yang bertakwa itu dikekang.

2. Sesungguhnya syubhat itu pada yang halal.

3. Kemaafan yang utama itu adalah ketika berkuasa.

Tuesday, July 10, 2007

Quote of The Day (I)

DARIPADA Abu Hurairah, Rasulullah s.a.w. telah bersabda: Katanya, sesungguhnya aku tidak dibangkit sebagai pengutuk tetapi aku diutuskan sebagai rahmat (HR: Muslim).

"Accumulation of wealth is accumulation of sin (tumpukan kekayaan adalah tumpukan dosa)". (Ghandi)

Dia berkata kepada para sahabat,"Sesungguhnya aku telah mengatur urusan kamu, tetapi aku bukanlah org yg paling baik di kalangan kamu maka berilah pertolongan kepadaku. Kalau aku bertindak lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng maka betulkan aku!" (Syd Abu Bakar Rodhiallohu 'Anhu)

Kontemplasi I

Abis denger tausiyah dari ustadz ku. Manusia, sebagaimana yang telah beliau sampaikan, terbagi menjadi 4. Pertama ada yang selama hidupnya mengerjakan amalan ahli syurga dan ia memang diciptakan untuk syurga (para shahabat Nabi dan orang-orang mu'min yang muttaqin). Yang kedua, ada yang selama hidupnya mengerjakan amalan ahli neraka, dan memang ia diciptakan untuk masuk neraka (Abu Lahab, Abu Jahal, dkk). Ada yang selama hidupnya mengerjakan amalan ahli neraka, tapi ternyata ia diciptakan untuk masuk di syurga (Ashhabul ukhdud contohnya). Dan yang terakhir ada yang diciptakan untuk neraka, tapi selama hidupnya melakukan amalan ahli syurga (Rohib Barshisho, dan yang semacamnya). Dan kesemua itu, ternyata, bergantung kepada akhir hidup mereka masing-masing.

Cuma mo nanya, khususnya buat diriku sendiri. Bagaimana kelak akhir hidupku ?? Akankah menjadi seperti yang pertama, kedua, tiga atau ke empat ?? Bagaimana sahabat, ada yang bisa bantu jawab ?? Tolong ya...

Thursday, July 5, 2007

Viva Bhayangkara

Jakarta, pagi itu terlihat muram. Awan tebal sejak shubuh telah menyelimuti kota tercinta ini. Dan sebagai mana lazimnya yang sudah-sudah, awan tersebut akan diikuti oleh air yang turun dari langit, hujan. Gerimis mula-mula, kemudian menjadi deras dan berangin. Sungguh sebuah situasi yang sangat mengerikan untuk bepergian.

Saya, pagi itu, pun tak kalah muram dengan Jakarta. Tak lain sebabnya, di situasi yang semengerikan dan mencekam tersebut, saya harus berangkat menunaikan kewajiban sebagai salah satu karyawan SMP Labschool Kebayoran, tempat saya bekerja. Tanpa semangat dan dengan diiringi do’a serta “murka” orang tua, saya menebalkan tekad untuk berangkat juga. Lumayan hasilnya, saya berangkat dengan setengah hati. Setelah membaca do’a dan berikhtiar dengan memakai mantel tua, saya berangkat juga. Tetap dengan setengah hati saya.

Situasi jalan di Jakarta, pagi itu, benar-benar mencekam. Hujan yang sangat deras, ditingkahi dengan angin yang kencang, belum jalan yang licin (dan ban belakang yang botak) membuat hati ini semakin berdebar. Bayangan bakal berbasah-basahan dan kemungkinan masuk angin, mulai terbayang di benak saya. Sempat terpikir untuk berhenti bahkan balik pulang ke rumah, tapi tidak. Mati-matian saya menjaga setengah hati saya, agar tidak turun lagi kadarnya menjadi seperempat, atau bahkan habis sama sekali. Dan akhirnya, masih dengan setengah hati, saya berangkat.

Perempatan CSW, pagi itu, masih dengan situasi dan kemuraman yang sama. Lampu merah dan hujan yang makin deras menambah beban untuk meningkatkan kadar setengah hati saya. Ketika itu, tak segaja pandangan saya menangkap sebuah sosok berselimut mantel hujan putih. Dengan sigap dan senyumannya, di tengah guyuran hujan yang deras, beliau sibuk mengatur lalu-lintas. Tak terlihat keluh kesah atau gerutuan dari wajah dan lisannya. Bahkan sesekali senyuman ia lemparkan kepada para pengguna jalan yang melintas. Perpaduan antara ketegasan dan semangat, dengan kelembutan dan ketulusan. Bravo, proviciat !! Tak henti-henti decak kagum dan pujian ku sematkan kepadanya, meski dalam hati. Seraya berdo’a untuk kebaikannya dan kami semua.

Bapak polisi tersebut, pagi itu, adalah ksatria sesungguhnya bagiku. Episode tersebut, pagi itu, telah mengajarkan banyak lagi pelajaran hidup bagiku. Sejenak, aku lupa, ketika dulu masih menjadi mahasiswa, sering kali bersinggungan dengan polisi ketika aksi. Sejenak lupa dengan “oknum” polisi yang secara kurang ajar menilang saya (lho ??), sejenak lupa tentang frame masyarakat kita, kebanyakan, tentang polisi. Pagi itu sosoknya begitu indah di mata saya. Dan ajaibnya, setengah hati saya ketika itu, telah meningkat kadarnya. Dengan sekejap saja. Dan tanpa direncanakan sebelumnya, senandung ini terlontar begitu saja dari mulut saya. Senandung yang biasanya, mengakhiri aksi saya, kami, yang ketika itu masih berstatus mahasiswa. “Terima kasih, terima kasih, terima kasih Pak Polisi…”.

Dan Jakarta, pagi itu, tidak terlihat muram lagi...